Jilboobs, sebuah kata yang sedang ramai dibicarakan.
Jilbooobs merupakan akronim dari jilbab dan boobs (dada). Jadi, jilboobs dapat
diartikan menggunakan jilbab tapi masih menampilkan bagian dada. Menurut berita
yang saya baca, istilah ini muncul karena ada akun fan page ini.
Tujuan saya membuat entri ini adalah menjadi
seorang penengah (atau setidaknya saya berbicara atas nama saya pribadi *tentu
saja* dan sesuai dengan apa yang ada di
kepala saya.)
Di beberapa media sosial ramai sekali beberapa teman yang
me-repost hal ini dan berkomentar ini itu (tidak hapal komentarnya). Beberapa
menghakimi para jilboobers dengan mengatakan tindakan mereka tidak benar dan
ada pula yang menggunakan ini sebagai salah satu pengingat untuk bisa
mengintrospeksi diri.
Saya pribadi berpandangan sebagai berikut:
1.
Jilbab Syar’i
Seorang ustad ketika berceramah di televisi
(saya lupa namanya) menngatakan bahwa beberapa ulama berbeda pendapat mengenai
jilbab syar’i tapi umumnya disebut syar’i jika menutupi leher dan kepala.
2.
Berdasarkan nomor 1, maka perlu kalian ingat
juga ada beberapa jenis penutup kepala: jilbab, turban, kerudung, pashmina, dll
yang penggunaannya berbeda.
3.
Tapi perlu diingat ada hadist yang mengatakan bahwa bentuk jilbab tidak
boleh menyerupai punuk unta (ini untuk para hijabers yang senang berkreasi
dengan penutup kepala) gaya ini disebut dengan camel hump hijab.
jilbab punuk unta |
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda”
( صنفان من أهل النار لم أرهما قوم معهم سياط كأذناب البقر يضربون بها الناس ونساء كاسيات عاريات مائلات مميلات رؤوسهن كأسنمة البخت المائلة لايدخلن الجنة ولا يجدن ريحها وان ريحها لتوجد من مسيرة كذاوكذا )
رواه أحمد ومسلم في الصحيح .
“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku melihat keduanya,
1. Kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia [maksudnya penguasa yang dzalim],
2. dan perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, cenderung kepada kemaksiatan dan membuat orang lain juga cenderung kepada kemaksiatan. Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok. Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian waktu [jarak jauh sekali]”.
(HR. Muslim dan yang lain).
4.
Jika mereka tahu tindakan para jilboobers ini
tidak benar, mengapa mereka re-post foto itu?
Argumen: Bagi saya menyebarkan
foto mereka = menyebarkan aib mereka (walaupun tentu saja para jilboobers ini yang terlebih dahulu mengunggah foto
mereka yang mengakibatkan foto mereka beredar di media sosial), tapi sebagai
pengguna media sosial, kita mempunyai 2 pilihan: menyebarkan atau tidak
menyebarkan.
Saya memilih untuk tidak
menyebarkan BUKAN karena saya mendukung tindakan mereka, tapi saya hanya
menghargai mereka (yang mungkin malu fotonya diekspos orang lain dan menjadi
bahan pembicaraan).
5.
Jilboobs menjadi pembicaraan karena dada mereka
yang besar.
Argumen: Entah ini mungkin saya
yang aneh, entahlah..mungkin gak yah kalau dada mereka tidak terlalu besar,
mungkin orang-orang tidak akan seheboh ini membicarakan mereka *just another
thought*
6.
Saya menganggap para jilboobers ini adalah
orang-orang yang sedang bertransfor masi dan berproses (Semoga) ke arah yang
lebih baik. Perlu diingat, waktu yang dibutuhkan seseorang untuk menjadi lebih
baik akan berbeda dengan yang lainnya.
7.
Karena saya menganggap ilmu agama saya masih
terbatas, saya merasa tidak berhak untuk menghakimi para jilboobers. Biarlah orang lain yang ilmu agamanya lebih baik daripada saya yang mengomentari mereka.
8.
Untuk teman-teman yang sudah bisa mengenakan
jilbab dan berpakaian secara syar’i, alhamdulillah, tapi ada baiknya jangan
menghakimi mereka yang belum. Gunakanlah cara-cara persuasif agar mereka yang
belum, bisa segera berubah menjadi lebih baik.
9.
Menurut saya syar’i pun masih bisa modis, asalkan
disesuaikan dengan aturan-aturan yang ada. Dan di nomor berikutnya adalah
beberapa gaya berpakaian yang biasa (atau beberapa kali) saya gunakan.
10.
Perlu diingat, dalam dunia kerja para hijaber
dituntut untuk berpenampilan formal.
Dalam wawancara kerja atau ketika sudah
diterima bekerja di suatu tempat, para hijaber dituntut bisa menempatkan diri
dengan berpakaian sesuai (formal). Kesan formal ini biasanya ditampilkan
dengan:
a.
Penggunaan jilbab yang dipasang mengelilingi
leher atau dimasukkan ke dalam kemeja.
b.
Menggunakan kemeja.
c.
Menggunakan celana panjang atau rok.
Nah, penggunaan jilbab dengan
cara inilah yang bisa mengakibatkan dada jilbabers terekspos.
Tips:
a.
Gunakanlah blazer , sweater, atau cardigan
(panjang sepinggang, selutut, atau 7/8
yang sekarang banyak dijual). Fashion items ini selain berfungsi untuk
mempercantik penampilan, juga berfungsi untuk menutup dada.
b.
Gunakan harlem pants, palazzo pants, atau
pantelon pants sebagai bawahan.
Warning:
a) Pantelon pants lebih cocok digunakan bagi Anda yang berpostur tinggi.
b) Karena ketika menggunakan harlem pants, palazo pants, atau pantelon
pants kemeja dimasukkan ke dalam, maka pilihlah dalaman yang berbahan loose atau
tidak membentuk bagian tubuh.
c.
Gunakan rok sebagai bawahan.
Rok sekarang sudah banyak yang syar’i kok. Tidak harus rok yang berbentuk
lurus, tapi bisa juga gunakan yang loose.
Warning: Hati-hati menggunakan bawahan putih karena biasanya akan siru (menerawang).
11.
Untuk kalian yang masih belum kerja
Pilihan untuk berjilbab dan berpakaian syar’i
seharusnya sih lebih mudah karena kalian
tidak dituntut untuk berbusana formal, tapi ya itu tadi kalaupun masih mau fashionable dan chic, pilihlah busana dan gaya berjilbab dengan bijak.
Contoh:
a.Tetap mau pakai celana ketat dengan motif
floral print (dan atau motif lain) boleh
saja, tapi gunakanlah atasan yang panjangnya minimal selutut atau di bawah
lutut. Gaya berjilbab pun terserah tapi tutuplah bagian dada.
b. Mau menggunakan atasan ketat.
Boleh saja, ASAL dilapisi lagi dengan
cardigan yang panjangnya menutupi bagian pantat. Jilbab pun menutupi bagian
dada.
d.
Mau menggunakan pashmina.
Beberapa pashmina ketika digunakan, panjangnya akan ada di atas dada,
maka gunakanlah blazer , sweater, atau cardigan (panjang sepinggang, selutut,
atau 7/8) untuk menutupi bagian dada.
e.
Menggunakan minni dress
Minni dress tidak harus selalu pendek, beberapa minni dress pun
panjangnya selutut. Jika panjang minni dress seperti itu, bisa gunakan bolero
sebagai pelengkap.
*Saya biasanya memadukan minni dress panjang selutut dengan bolero untuk
menghindari penampilan “seperti orang sakit” kalau memakai cardigan panjang.
PRINSIPNYA:
Gunakanlah prinsip segitiga dalam berpakaian!
Segitiga = kalau atasan ketat,
maka bawahan harus loose dan begitupun sebaliknya kalau bawahan ketat, atasan
yang harus loose.
Note: Entri ini BUKAN dibuat untuk pembenaran pada hal-hal
yang tidak benar. Entri ini dibuat untuk memberikan alternatif berpakaian yang fashionable, chic dan stylish tapi TETAP berpegang pada aturan
agama. Saya pun sadar kalau gaya berbusana saya yang seperti ini tidak disukai semua pihak, saya pun sedang berproses:)
“Your body is sacred. You’re far more precious than diamonds and pearls, and you should be covered too.”