Saturday, August 9, 2014

Jilboobs and My Fashion Tips




Jilboobs, sebuah kata yang sedang ramai dibicarakan. Jilbooobs merupakan akronim dari jilbab dan boobs (dada). Jadi, jilboobs dapat diartikan menggunakan jilbab tapi masih menampilkan bagian dada. Menurut berita yang saya baca, istilah ini muncul karena ada akun fan page ini.

Tujuan saya membuat entri ini adalah menjadi seorang penengah (atau setidaknya saya berbicara atas nama saya pribadi *tentu saja* dan sesuai  dengan apa yang ada di kepala saya.)
Di beberapa media sosial ramai sekali beberapa teman yang me-repost hal ini dan berkomentar ini itu (tidak hapal komentarnya). Beberapa menghakimi para jilboobers dengan mengatakan tindakan mereka tidak benar dan ada pula yang menggunakan ini sebagai salah satu pengingat untuk bisa mengintrospeksi diri.

Saya pribadi berpandangan sebagai berikut:
1.       Jilbab Syar’i
Seorang ustad ketika berceramah di televisi (saya lupa namanya) menngatakan bahwa beberapa ulama berbeda pendapat mengenai jilbab syar’i tapi umumnya disebut syar’i jika menutupi leher dan kepala.

2.       Berdasarkan nomor 1, maka perlu kalian ingat juga ada beberapa jenis penutup kepala: jilbab, turban, kerudung, pashmina, dll yang penggunaannya berbeda.

3.       Tapi perlu diingat ada  hadist yang mengatakan bahwa bentuk jilbab tidak boleh menyerupai punuk unta (ini untuk para hijabers yang senang berkreasi dengan penutup kepala) gaya ini disebut dengan camel hump hijab.
http://www.kajianislam.net/2011/11/beginilah-gambar-perempuan-yang-kepalanya-ibarat-punuk-onta-yang-disebutkan-oleh-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-ala-alihi-wa-sallam-dalam-hadits-shahih-riwayat-imam-muslim-dan-lainnya-bahwasanya-mer/
jilbab punuk unta


Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda”

 ( صنفان من أهل النار لم أرهما قوم معهم سياط كأذناب البقر يضربون بها الناس ونساء كاسيات عاريات مائلات مميلات رؤوسهن كأسنمة البخت المائلة لايدخلن الجنة ولا يجدن ريحها وان ريحها لتوجد من مسيرة كذاوكذا )

رواه أحمد ومسلم في الصحيح .

“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku melihat keduanya,
1.      Kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia [maksudnya penguasa yang dzalim],
2.      dan perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, cenderung kepada kemaksiatan dan membuat orang lain juga cenderung kepada kemaksiatan. Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok. Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian waktu [jarak jauh sekali]”.
(HR. Muslim dan yang lain). 


4.       Jika mereka tahu tindakan para jilboobers ini tidak benar, mengapa mereka re-post foto itu?
Argumen: Bagi saya menyebarkan foto mereka = menyebarkan aib mereka (walaupun tentu saja para jilboobers  ini yang terlebih dahulu mengunggah foto mereka yang mengakibatkan foto mereka beredar di media sosial), tapi sebagai pengguna media sosial, kita mempunyai 2 pilihan: menyebarkan atau tidak menyebarkan.
Saya memilih untuk tidak menyebarkan BUKAN karena saya mendukung tindakan mereka, tapi saya hanya menghargai mereka (yang mungkin malu fotonya diekspos orang lain dan menjadi bahan pembicaraan).

5.       Jilboobs menjadi pembicaraan karena dada mereka yang besar.
Argumen: Entah ini mungkin saya yang aneh, entahlah..mungkin gak yah kalau dada mereka tidak terlalu besar, mungkin orang-orang tidak akan seheboh ini membicarakan mereka *just another thought*
6.       Saya menganggap para jilboobers ini adalah orang-orang yang sedang bertransfor masi dan berproses (Semoga) ke arah yang lebih baik. Perlu diingat, waktu yang dibutuhkan seseorang untuk menjadi lebih baik akan berbeda dengan yang lainnya.

7.       Karena saya menganggap ilmu agama saya masih terbatas, saya merasa tidak berhak untuk menghakimi para jilboobers. Biarlah orang lain yang ilmu agamanya lebih baik daripada saya yang mengomentari mereka.

8.       Untuk teman-teman yang sudah bisa mengenakan jilbab dan berpakaian secara syar’i, alhamdulillah, tapi ada baiknya jangan menghakimi mereka yang belum. Gunakanlah cara-cara persuasif agar mereka yang belum, bisa segera berubah menjadi lebih baik.

9.       Menurut saya syar’i pun masih bisa modis, asalkan disesuaikan dengan aturan-aturan yang ada. Dan di nomor berikutnya adalah beberapa gaya berpakaian yang biasa (atau beberapa kali) saya gunakan.
10.   Perlu diingat, dalam dunia kerja para hijaber dituntut untuk berpenampilan formal.
Dalam wawancara kerja atau ketika sudah diterima bekerja di suatu tempat, para hijaber dituntut bisa menempatkan diri dengan berpakaian sesuai (formal). Kesan formal ini biasanya ditampilkan dengan:
a.       Penggunaan jilbab yang dipasang mengelilingi leher atau dimasukkan ke dalam kemeja.
b.      Menggunakan kemeja.
c.       Menggunakan celana panjang atau rok.
Nah, penggunaan jilbab dengan cara inilah yang bisa mengakibatkan dada jilbabers terekspos.
Tips:
a.       Gunakanlah blazer , sweater, atau cardigan (panjang sepinggang, selutut, atau  7/8 yang sekarang banyak dijual). Fashion items ini selain berfungsi untuk mempercantik penampilan, juga berfungsi untuk menutup dada.
b.      Gunakan harlem pants, palazzo pants, atau pantelon pants sebagai bawahan.
Warning:
a) Pantelon pants lebih cocok digunakan bagi Anda yang berpostur tinggi.
b) Karena ketika menggunakan harlem pants, palazo pants, atau pantelon pants kemeja dimasukkan ke dalam, maka pilihlah dalaman yang berbahan loose atau tidak membentuk bagian tubuh.

c.       Gunakan rok sebagai bawahan.
Rok sekarang sudah banyak yang syar’i kok. Tidak harus rok yang berbentuk lurus, tapi bisa juga gunakan yang loose.
Warning: Hati-hati menggunakan bawahan putih karena biasanya akan siru (menerawang).

11.   Untuk kalian yang masih belum kerja
Pilihan untuk berjilbab dan berpakaian syar’i seharusnya sih lebih mudah  karena kalian tidak dituntut untuk berbusana formal, tapi ya itu tadi kalaupun masih mau fashionable dan chic, pilihlah busana dan gaya berjilbab dengan bijak.
Contoh:
a.Tetap mau pakai celana ketat dengan motif floral print (dan atau motif lain) boleh saja, tapi gunakanlah atasan yang panjangnya minimal selutut atau di bawah lutut. Gaya berjilbab pun terserah tapi tutuplah bagian dada.

b. Mau menggunakan atasan ketat.
Boleh saja, ASAL dilapisi lagi dengan cardigan yang panjangnya menutupi bagian pantat. Jilbab pun menutupi bagian dada.

d.      Mau menggunakan pashmina.
Beberapa pashmina ketika digunakan, panjangnya akan ada di atas dada, maka gunakanlah blazer , sweater, atau cardigan (panjang sepinggang, selutut, atau  7/8) untuk menutupi bagian dada.

e.      Menggunakan minni dress
Minni dress tidak harus selalu pendek, beberapa minni dress pun panjangnya selutut. Jika panjang minni dress seperti itu, bisa gunakan bolero sebagai pelengkap.

*Saya biasanya memadukan minni dress panjang selutut dengan bolero untuk menghindari penampilan “seperti orang sakit” kalau memakai cardigan panjang.

PRINSIPNYA:  Gunakanlah prinsip segitiga dalam berpakaian!
Segitiga = kalau atasan  ketat, maka bawahan harus loose dan begitupun sebaliknya kalau bawahan ketat, atasan yang harus loose.

Note: Entri ini BUKAN dibuat untuk pembenaran pada hal-hal yang tidak benar. Entri ini dibuat untuk memberikan alternatif berpakaian yang fashionable, chic dan stylish tapi TETAP berpegang pada aturan agama. Saya pun sadar kalau gaya berbusana saya yang seperti ini tidak disukai semua pihak, saya pun sedang berproses:)



 “Your body is sacred. You’re far more precious than diamonds and pearls, and you should be covered too.” 


Friday, August 8, 2014

Do We Need A Reason to Give Someone A Present?

Ilustrasi: Spoonful.com
Kali ini saya akan mencoba meminimalisasi penggunaan bahasa Inggris (dan atau bahasa asing lainnya) karena ada seseorang yang melabelkan saya dengan tidak nasionalis karena terlalu sering menggunakan bahasa asing. Sebenarnya agak tidak peduli juga sih, tapi ya baiklah mungkin ada baiknya juga bagi saya untuk menggunakan bahasa Indonesia walaupun dijudul tetap menggunakan bahasa Inggris. Setidaknya saya berusaha untuk tetap seimbang :):)

Entri ini dibuat setelah saya berbicara dengan seseorang. Kira-kita beginilah cuplikannya:

*Dialog 1 :
A: "Kok kamu gak pernah kasih hadiah buat aku?
B: "Untuk apa? Memangnya kamu ulang tahun?"

*Kesimpulan: Orang ini hanya (kesannya seperti itu atau memang mungkin seperti itu) akan memberi seseorang sebuah hadiah  kalau ada alasan tertentu. Alasannya HANYA satu: Saat ulang tahun. Jadi, kalau Anda tidak berulang tahun, Anda tidak akan mendapat hadiah dari orang ini.

*Dialog 2:
A: "Kok waktu aku ulang tahun, kamu gak kasih aku hadiah?"
B: "Karena kamu jauh."

*Kesimpulan: Setelah alasan yang sudah saya tulis sebelumnya, ternyata ada lagi alasan lain. Bahkan jika Anda berulang tahun dan tempat tinggalmu berjauhan darinya, Anda tetap tidak akan mendapat hadiah.


Dan berikut adalah berbagai pertanyaan yang muncul dalam benak saya:
1. Apakah kita membutuhkan alasan untuk memberikan hadiah pada seseorang?

Argumen: Saya tidak membutuhkan alasan untuk itu. Ketika saya pergi dan melihat suatu barang yang mengingatkan saya pada seseorang, saya tidak butuh banyak waktu untuk berpikir. Saya akan beli barang itu untuknya dan HANYA untuknya. Tidak bisa diberikan kepada orang lain karena saya sudah bisa membayangkan barang itu digunakan oleh orang yang dimaksud.

2. Apakah ulang tahun adalah satu-satunya alasan mengapa kita memberikan hadiah pada seseorang?

Argumen: Entah mungkin orang yang berbincang dengan saya tadi terlalu konvensional atau mungkin saya saja yang aneh. Saya tidak pernah berusaha "membeli" seseorang dengan hadiah. Hadiah akan saya berikan justru pada orang yang telah teruji selalu bersama saya dan memberikan saya semangat. Dan untuk orang-orang seperti itu, ulang tahun bukanlah hari di mana saya memberikan hadiah kepada mereka. Apakah saya mau pamer dengan memberi hadiah itu? Tidak karena saya tahu perhatian dan kasih sayang orang-orang di sekeliling saya sangatlah tidak ternilai jika dibandingkan dengan hadiah yang saya berikan.
Bahkan Tex Saverio, seorang fashion desainer kenamaan Indonesia pun pernah mengirimkan hadiah untuk saya tidak pada saat saya berulang tahun *Makasih, Rio* :)

3. Apakah jarak menghalangi niat kita untuk memberi hadiah pada orang lain?

Argumen: Duh, alasan yang sangat tidak masuk akal deh! Di Indonesia ini sudah banyak perusahaan layanan antar barang yang bahkan bisa hanya dalam waktu sehari bisa sampai di tempat yang dituju. Jadi, jauh BUKANLAH alasan untuk tidak memberikan sesuatu.

Jadi, apa alasan orang ini tidak memberikan hadiah pada saya? KARENA MEMANG DIA TIDAK MAU!
Padahal tinggal bilang seperti itu saja kok yah pembicaraannya sampai pakai argumen 1 dan argumen 2.:)) 

“Presents are made for the pleasure of who gives them, not the merits of who receives them.”