Sunday, October 27, 2019

An Old Man and the Book



Suatu hari yang cukup terik karena matahari yang sedang tersenyum saat itu, beberapa penumpang mulai gelisah dan bertanya-tanya kapan angkot ini akan berangkat?

Dengan cuaca seperti itu, sang sopir tidak mau kalah semangat dengan matahari. Dia terus berteriak memanggil calon penumpang dan berharap agar sewa (sebutan lain untuk penumpang) semakin banyak.
Para penumpang yang enggan memilih transportasi lain, terus bersabar dan berharap angkot segera berangkat.

Di saat seperti ini, ada banyak hal yang dapat mereka lakukan: tidur, berkipas-kipas, main gawai, mendengarkan musik, menelepon dan banyak hal lainnya.  Di antara penumpang tersebut ada satu penumpang yang usianya sudah tidak muda lagi, sedang asyik dengan dunianya sendiri. Saat itu beliau memakai kemeja lengan pendek berwarna abu-abu dan celana jins pendek. Dia memegang kantong plastik hitam ditangan kanannya.

Dia tidak melakukan hal-hal yang biasanya dilakukan banyak orang seusianya, dengan fokus dia membaca sebuah buku yang dia pegang. Bukunya cukup tebal dan matanya masih awas karena beliau membaca tanpa menggunakan kacamata.

Rasa ingin tahu pun muncul, Buku apa yang beliau baca sehingga dia tenggelam di dalamnya?  Sebelumnya, tidak pernah rasa penasaran ini muncul saat melihat orang membaca, tapi kali ini berbeda.

Aku melihat dengan ekor mata, satu kata yang kuingat: HUKUM. Aku dapat melihat beberapa kalimat di sana, tapi aku tak dapat mengingatnya sekarang. Cukup lama beliau membaca dan menghentikan bacaan saat akan turun.

Tindakannya mungkin sederhana bagi beberapa orang, tapi berhasil mengusik pikiran saya.

Berapa banyak dari kita yang tidak memilih membaca saat sedang menunggu?

Berapa banyak dari kita yang malas dan enggan membawa buku fisik dengan alasan berat?

Berapa banyak dari kita yang malas membaca dengan alasan mengantuk?