Seorang pria kesepian menatap sendu langit dan
berharap melihat sesuatu yang telah lama dia nantikan. Mencari ke kanan, kiri,
dan berputar beberapa kali.
“Tidakkah kau datang malam ini?” Dia tidak berhenti berusaha dan tetap
mencari.
Dia tidak ingat
kapan pertama kali mereka bertemu yang dia ingat hanya sosok yang sama yang
selalu ada di hati, pikiran, dan doanya setiap saat. Dalam setiap doanya, dia
selalu membuat doa yang sederhana, “Tuhan, biarkan aku melihatnya setiap hari.”
Setelah beberapa
jam berlalu, akhirnya dia melihat sosok itu. Sosok yang di matanya selalu penuh
dengan kesempurnaan. “Hei Bintang. Aku telah menunggumu. Aku ingin menceritakan
banyak hal padamu. Aku ingin melepaskan semua kerinduan yang kurasa.”
Sang Bintang
hanya terdiam.
Si pria tetap
bercerita padanya tanpa menyadari di samping kanan dan kirinya orang-orang
memandangnya dengan tatapan mata aneh.
Si pria
bukannya tidak menyadari pandangan yang mereka berikan. Namun, dia tidak
peduli. Bisa berbicara dan menatap bintang pujaannya adalah hal yang paling dia
inginkan. Toh, dia sering dianggap sebagai orang yang telah bertukar akal.
“Hei, bintang
mengapa kau selalu muncul dalam setiap mimpiku? Apakah kau memimpikanku juga?”
Sang Bintang
tetap terdiam. Dia terlalu sibuk untuk melihat si pria dan memilih mengalihkan
pandangannya pada bintang-bintang lain yang ada di dekatnya.
“Mengapa kau
begitu indah, bintang?”
Si pria menyadari
sang bintang sedang menatap bintang lain, tapi dia terus mengucapkan kata-kata
yang selama ini dia simpan jauh di lubuk hatinya.
Aku memang hanya manusia biasa. Kau terlalu
indah bagiku. Kau terlalu jauh bagiku. Kau selalu bersinar dan terlalu
sempurna. Aku hanya seorang pria yang dipenuhi kekurangan. Kau hanya peduli
pada bintang lain yang ada di sekitarmu, sedangkan aku di bumi menatapmu penuh
dengan harap yang tak kunjung nyata. Aku akan terus melihatmu dari kejauhan,
memujamu dari kejauhan, dan mencintaimu dari kejauhan.
Ingatlah
Bintang Malam, kau selalu sempurna.