Sunday, March 16, 2014

The Rio Surya Prasetia Effect: EuphoRIO



You don't make a photograph just with a camera. You bring to the act of photography all the pictures you have seen, the books you have read, the music you have heard, the people you have loved.” ― Ansel Adams

Nama Rio Surya Prasetia mungkin sudah familier di telinga para pecinta fashion fotografi, tapi izinkan saya untuk memperkenalkan dan mengingatkan kembali sosok pria yang satu ini:




http://www.designscene.net/wp-content/uploads/2011/11/Annabelle-by-Rio-Prasetia-DesignSceneNet-01.jpg

Boundless As The Dark -Tex Saverio- by Rio Surya Prasetia





https://www.facebook.com/photo.php?fbid=716997914999498&set=pb.354320734600553.-2207520000.1392453723.&type=3&theater

Monday to Sunday F/W 2013 - Air Castle by Rio Surya Prasetia



https://www.facebook.com/photo.php?fbid=717006364998653&set=pb.354320734600553.-2207520000.1392453711.&type=3&theater

Valley of Dreams by Rio Surya Prasetia


https://www.facebook.com/photo.php?fbid=500111286688163&set=pb.354320734600553.-2207520000.1392455115.&type=3&theater

Antiquated Modernity- Yosafat Dwi Kurniawan by Rio Surya Prasetia





Herworld October 2012- When We Were 12 by Rio Surya Prasetia






Foto tadi hanyalah beberapa potongan kecil dari karya Rio. Karyanya sudah banyak muncul baik di media cetak, blog, maupun situs fashion internasional.

Pada awalnya, (karena kurang membaca dan mencari literatur) saya menanggap bahwa fashion photography hanyalah foto biasa saja yang bertujuan untuk mempromosikan gaun rancangan para desainer yang desainnya pun biasa saja, tetapi semua berubah ketika saya pertama kali melihat foto karya Rio "Boundless As The Dark" (yang saya letakkan sebagai foto pertama dalam entri ini). Ketika melihat foto inilah, pikiran saya terbuka bahwa fashion photography adalah bagian dari karya seni dan bisa menjadi begitu sangat indah (mungkin sedikit  telat bagi saya untuk menyadarinya).

Setelah itu, mulailah saya beberapa kali melihat hasil foto Rio yang lain. Kesan yang didapat pun tetap sama: what a great fine art!!

Jadi, bisa dikatakan bahwa Rio lah yang membuat saya menjadi orang yang berbeda dalam meilihat sebuah foto (thank you. I owe you)




Pada tanggal 13 Februari 2014 lalu, Rio Surya Prasetia (Rio) menampilkan pameran fotonya yang pertama berjudul "Collection Vol: 00 - Thank You".

Acara yang bertempat di Japan Foundation, Gedung Summitmas 1 lantai 2 ini berlangsung dari tanggal 13 s.d. 28 Februari 2014.

Ada 3 hal yang menarik dari pameran ini yang membuat saya sangat ingin datang:

1. Tentu saja karena sang fotografer;
2. Kurator pameran ini: Bapak Amir Sidharta;
3. Tema yang ditampilkan: anime dan manga.


Sangat menarik melihat bagaimana 2 pria ini akan bekerja sama dan bagaimana "wajah" pameran ini jika ada 2 orang dengan bakat yang luar biasa menghiasi ruang pameran.


Dan saya pun beruntung karena Rio mengundang saya untuk hadir dalam pameran solo pertamanya itu.

Salah satu hal (karena banyak hal) yang terus muncul dalam pikiran saya adalah makna apa yang tersimpan dalam pemberian nama "Collection Vol: 00 - Thank You"?

Dan seolah mampu menangkap apa yang ada dalam pikiran para pengunjung, inilah alasan Rio (dalam booklet-nya) tentang alasan pemilihan nama itu.






" Sesungguhnya saya merasa mengalami kegagalan dan kebingungan dalam mengerti persepsi masyarakat modern dalam menghadapi realitas. Pada koleksi ini, saya mencoba mencerna hal ini maka sepantasnya saya menggunakan VOL: 00. Saya masih awam, masih mencerna, masih berusaha, masih nol.
.... Saya sangat senang ketika menyadari bahwa angka 00, yang kalau dibaca dalam bahasa Jepang 'rei rei', berarti bowing atau membungkuk, yang merupakan gesture untuk mengucapkan terima kasih atau thank you.
Lengkaplah judul yang merangkum karya-karya saya ini, sebuah koleksi yang dihasilkan oleh seorang fotografer muda yang ingin mengangkap kejujuran."


Dalam sambutannya, Rio mempersilakan para pengunjung untuk berinteepretasi sesuka hatinya ketika melihat foto-foto yang dipamerkan. Dia tidak akan mengatakan pesan apa yang ingin disampaikan, dia hanya ingin para pengunjung untuk menikmati karyanya dan berineepretasi sesuka hatinya tanpa ada kata benar atau salah.

Dan inilah intepretasi saya terhadap Collection Vol: 00 - Thank you: Memasuki ruang pameran yang tentu saja dipenuhi oleh foto-foto indah, seolah sama seperti kita membaca sebuah buku. Hanya bedanya bukan kata-kata yang bercerita, melainkan foto-foto yang bercerita. Menceritakann apa yang dialami, dirasakan, dan apa yang ada dalam pikiran sang fotografer dalam setiap foto.

Bagi saya, foto-foto yang dipamerkan merupakan perjalanan hidup (termasuk karier) dan cara berpikir Rio. Sama seperti fase kehidupan manusia yang terdiri atas beberapa fase:

1. Fase kanak-kanak 

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=726840600681896&set=pb.354320734600553.-2207520000.1394424966.&type=3&theater
Thank You, The Heart Is Full of Pureness: Card Captor Sakura by Rio Surya Prasetia

Card Captor Sakura (CCS) adalah anime (animasi Jepang) dan manga (komik Jepang) karya CLAMP. Seri animenya ditayangkan sekitar tahun 1998-2000. Pemeran utama anime ini, Sakura Kinomoto adalah siswa kelas 4 SD Tomoeda yang penuh semangat dan ceria. Sakura tanpa sengaja membangunkan penjaga buku, Cerberus dan menyebabkan kartu clow terlepas.

Sakura yang masih kelas 4 SD menggambarkan sosok kita (Rio) yang masih lugu dalam proses berpikir dan berkarier di mana dia masih bisa menoleransi hal-hal yang sebenarnya tidak dia inginkan.



2. Masa Remaja
Thank You For .... : Yu Yu Hakusho 


Yu Yu Hakusho merupakan sebuah manga karya Yoshihiro Togashi. Kisah bercerita tentang Yusuke Urameshi, seorang anak laki-laki berumur 14 tahun  yang merupakan anak nakal di sekolahnya, tetapi seorang altruis yang dia buktikan ketika suatu saat dia menolong seorang anak yang sedang bermain bola di jalan dari sebuah truk.Nahas, ternyata justru dia sendirilah yang tewas akibat tertabrak truk. Setelah melewati beberapa tes, Yusuke pun ditugaskan bekerja untuk dunia roh sebagai detektif roh.



 3. Perang batin

Sebagai seorang manusia dan seorang fotografer, tentu saja Rio pernah mengalami perang batin atau konflik batin dalam dirinya. ketika dia dihadapkan pada suatu permasalahan atau hal-hal yang tidak dia sukai sehingga dia dihadapkan pada dua pilihan:Menyerah pada keadaan atau mempertahankan prinsip-prinsip yang dia pegang.


Dalam pameran ini, Rio tidak hanya menampilkan foto-foto hasil karyanya, tetapi juga menampilkan tulisan-tulisan yang dia tulis pada media kaos-kaos yang dia pakai ketika masih kecil. 


Menurut sang manajer, Camelia Santoso, dalam pameran foto solo pertamanya ini, Rio ingin menampilkan dan mempersembahan suatu bagian yang sangat erat dengan dirinya dulu.Itulah sebabnya dia gunakan media kaos yang ditempatkan dalam pigura yang disusun secara apik.


Semua tulisan dia susun dalam segmen "Thank You for Everything" di mana semua kekesalan, dan semua hal yang ada dalam pikirannya dia tuangkan secara lugas dalam "Thank You for Thinking"

































4. Dewasa

Salah satu menuju fase kedewasaan adalah ketika kita mulai tersadar bahwa akan selalu ada hal-hal yang bertentangan dengan kemauan kita, di mana kita dituntut atau dipaksa untuk melakukan hal yang bertentangann dengan prinsip-prinsip kita. Dalam hal ini, Rio yang  merasa  kebebasannya sebagai seorang seniman seringkali berbenturan dengan keinginan klien.

Dalam pamerannya ini, khususnya dalam "Thank You to Make Us Better Passive and Aggresively Digital" yang merupakan bentuk interpretasinya terhadap anime Ghost In The Shell, Rio menggambarkan betapa "kekerasan" dalam hal ini pemaksaan kehendak adalah hal yang pernah dia alami selama bekerja sebagai fashion fotografer.















5. Kepura-puraan
Kepura-puraan memang akan terus ada di sekeliling kita: berpura-pura demi mengangkat status sosial, berpura-pura demi popularitas, berpura-pura karena ingindiakui eksistensinya. Hal itu pula yang (mungkin) dialami Rio, dalam sesi selfienya.

sang fotografer yang seringkali disebut the man behind the camera pun akhirnya menjadi the man before the camera. Sesuatu yang menarik di sini, Rio bukan hanya (seolah) menjawab pertanyaan bagaimana kalau fotografer menjadi objek foto melainkan juga dia menyindir orang-orang yang selalu berpura-pura yang sering dia jumpai.






























6. Sang Maha Besar

Dan tidak bisa kita lupakan bahwa berkomunikasi dengan Sang Maha Besar adalah salah satu bentuk kebutuhan kita, tempat kita meminta, berserah diri dan mendapat cahaya. Ini juga yang ingin Rio tampilkan dalam  " Thank You for The Father, The Son and The Holy Spirit"




7. Display
Selain hal-hal yang menarik tadi, yang  menjadi eye candy bagi saya adalah salah satu bentuk display atau sebuah bentuk kamar tidur (yang dapat diinterpretasikan sebagai kamar tidur Rio). Sebuah kamar tidur berukuran sedang yang ditutupi dengan selimut tokoh Keropi, di atasnya berserakan berbagai judul manga yang Rio koleksi sejak kecil. Kasur yang diapit oleh dua lemari dengan isi yang berbeda. Lemari sebelah kanan berisi koleksi manga berjudul Rose of Versailles dan Pop Corn dan diatasnya terdapat figur tokoh anime. Lemari sebelah kiri terdapat kamera, majalah fashion, dan majalah fotografi. Sisi kanan dan kiri yang melambangkan dua dunia dalam kehidupan Rio: Kecintaannya terhadap manga dan kecintaannya terhadap fotografi.





 Untuk menjawab rasa penasaran saya terhadap fashion fotografi dan tentang pameran ini, saya mewawancarai sang fotografer:

1.Sejak umur berapa mulai menyukai fotografi?
Kurang ingat tepatnya kapan tapi sewaktu umur 16 tahun aktif foto apa saja di depan mata dengan camera pocket.



2. Apa sejak awal memang minatnya pada fashion fotografi?
Tidak juga. Saya suka fotografi dan fashion dari kecil mungkin karena ada pengaruh orang tua saya. Awalnya itu berniat jadi pelukis tetapi karena tidak di ijinkan jadinya mencoba medium yang lain untuk bisa berkarya dan kebetulan medium tersebut yang sudah saya nyaman yaitu fotografi.



3. Seberapa besar pengaruh Steven Meisel dan Paolo Roversi dalam karya Anda?
Saya suka kedua-duanya karena mereka cenderung mempunyai karakter foto atau wanita yang agak dingin, which I like.



4.Apakah ada Muse tertentu ketika berkarya?
Tidak pernah ada. Saya tidak pernah percaya dengan muse. Karakter muse yang saya cari itu hanya ada di kepala saya dan saya tahu tidak akan pernah ada 100% yang bisa mendekati apa yang di kepala saya.



5.Apa pendapat Anda tentang fashion fotografi di Indonesia?


Pemainnya selalu bertambah setiap hari dan itu bagus juga karena di satu sisi berarti orang-orang mulai terbuka dengan fashion fototografi tapi untuk berpenghasilan dari dunia fashion photography indonesia itu masih jauh karena pemain yang selalu bertambah kebanyakan rela tidak dbayar atau di bayar rendah hanya karena berpikiran akan mendapatkan portfolio dan portfolio tersebut akan bisa dapat bayaran besar. Itu hal yamg salah karena kalau dari awal dibayar rendah atau tidak dibayar berikutnya pun akan tetap sama. Juga kebanyakan klien seperti designer lebih mengharapkan kalau fotografer fashion itu menghasilkan penghasilannya dari area fotografi yang lain seperti wedding dan sudah bosan mendengarkan hal tersebut.





6. Beberapa kali karya Anda muncul di media internasional,bahkan "The Neo Essence" pernah muncul di Vogue.it bulan Maret tahun lalu.Bagaimana perasaan Anda?
Hmmm senang sih tetapi saya tidak merasa bagaimana karena mungkin akan lebih senang kalau benar masuk vogue italia dan print di majalah tersebut.



7. Kurator dalam pameran ini adalah Bapak Amir Sidharta.Ada alasan khusus mengapa memilih beliau?
Chemistry and respect. Saya selalu berusaha bekerja sama dengan orang yang mempunyai chemistry yang kuat terhadap saya, bisa memahami sudut pandang saya sebagai seniman, dan membiarkan saya untuk menjadi diri saya sendiri.. Di satu sisi juga saya merasa bisa bekerja lebih baik kalau orang tersebut bisa saya respect secara profesional dan orang itu juga bisa respect dengan karya- karya saya.



8. Di antara semua foto yang dipamerkan,foto mana yang proses pemotretannya sangat lama?
Hmmm kalau untuk proses waktu pemotretan yang paling lama itu  yang "Thank You for the Impossible Desire and The Immature to Become The Realisation That Is The Truth" itu membutuhkan waktu 2 malam tetapi untuk dari segi konsep yang paling memakan lama adalah  "Thank You to Make Us Better Passive and Aggresively Digital".




9. Ada alasan khusus mengapa memilih "Collection Vol 00" sebagai nama koleksi foto Anda?
Collection karena pada dasarnya saya dari dulu suka mengkoleksi manga dan juga ada beberapa tema dalam pengerjaan pameran ini yang ingin saya angkat.  Vol 00 sendiri karena sebenarnya saya merasa masih merasa nol dan berusaha mencerna semua hasil  obervasi saya selama ini ke dalam pameran tersebut. 



10. Apa impian terbesar seorang Rio Surya Prasetia?
Untuk saat ini sih saya ingin bermimpi untuk liburan panjang tanpa diganggu sama sekali oleh apapun. Untuk jangka lama saya ingin tetap berkarya sebagai fotografer dibidang fine art dan fashion saja . Untuk mendapatkan pekerjaan yang saya sukai with the best team and the best clients (off course, client that can appreciate my works and loyal are the best thing for me) ..


Thank you for sharing your great photos,
Thank you  and congrats for your great exibition
and thank you for opening my mind
Just remember, stop trying to fit in cause you were born to stand out 




"The clothes are a big part of a fashion picture. It’s a big part of the subject. Even if, for me, every fashion picture is like a portrait – I see and treat every image as a portrait, of a woman or a man or a boy – but the clothes are always there and they can make the interpretation of the image much more difficult. "- Paolo Roversi



Link:




Tags: Rio Surya Prasetia, Amir Sidharta, Yosafat Dwi Kurniawan, Camelia Santoso, Ansel Adams, Tex Saverio, Paolo  Roversi,Japan Foundation, Monday to Sunday, Her World Magazine